Felisa adalah seorang anak yang baik. Ia sangat suka mengucapkan kata terimakasih. Ia tidak mau mencurahkan isi hatinya kepada orang lain. Bahkan kepada ibu atau kembarannya. Ayah Felisa sudah meninggal sejak ia kecil. Felisa merasa umurnya tidak panjang. Diapun membuat surat yang ia simpan di laci meja kamarnya. Inilah surat-surat itu :
Surat pertama
Dari :
Felisa
Untuk Bunda
tercinta
Bunda
maafkan Felisa kalau berbuat salah kepada bunda. Bunda adalah bunda terbaik
dalam hidup Felisa. Felisa merasa umur Felisa tidak panjang lagi. Felisa
tidak tahu, akankah Felisa meninggalkan dunia ini. Tapi jika bunda membaca
surat ini. Felisa meminta maaf sebesar-besarnya. Terimakasih atas kasih
sayang bunda selama ini.
Sayang
selalu untuk Bunda
Felisa
Nuraini
|
Surat kedua
Dari Felisa
Untuk
kembaranku Gelisa
Gelisa kamu
pendamping hidupku. Kamu mencurahkan segala isi hatimu kepadaku. Tapi
maafkan aku, aku tidak dapat sepertimu, aku tidak dapat mencurahkan semua
isi hatiku kepadamu. Maafkan diriku
ini bila telah menyinggung perasaanmu. Aku hanya bisa curhat dalam surat
ini.
Gelisa
saudaraku... Aku merasa umurku pendek. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat
surat ini. Sebelum aku menutup surat ini aku akan menulis sebuah kalimat
ini, Jangan pernah kamu lupakan kalimat ini, Gelisa jangan pernah lupakan
aku, walaupun aku sudah tidak ada di dunia ini. Aku akan selalu
merindukanmu Gelisa.
Felisa
Nuraini
Surat ketiga
|
Untuk nenek
Dari Felisa
Nek, nenek
adalah pengganti orang tuaku. Jika orang tuaku tidak ada, nenek selalu
menemaniku. Maaf nek, aku terlalu cepat pergi...
Felisa Nuraini
|
Surat keempat
Untuk
guruku
Dari Felisa
Ustadz dan
ustadzah yang mengajariku selama di SDIT Cahaya Islam. Maaf jika aku berbuat
salah/menjengkelkanmu. Khususnya untuk ustadz Taufiq, ustadz Usman,
ustadzah Efrika, ustadzah Khaira, ustadzah Dewila dan ustadzah Astira.
Terima
kasih atas semua pelajaran yang engkau berikan padaku. Sekali lagi terima
kasih.
Felisa
Nuraini
|
Untuk
teman-temanku
Dari Felisa
Teman-teman,
aku akan selalu merindukan kalian. Kapanpun..... sejak aku menulis cerita
“The Magic in Friendship”. Kalian tak hentinya menyemangatiku, sampai
ceritaku diterbitkan. Kalian selalu menyemangatiku untuk membuat cerita
kembali.
Maafkan
kalau aku harus meninggalkan kalian, karena buku keempatku belum selesai.
Walaupun aku sudah menyelesaikan tiga buku yaitu : Magic in Frienship,
Kembar yang Serasi dan Kenangan Terindah. Maafkan aku....
Felisa
Nuraini
|
“Fel,
kok nangis sih?” tanya Gelisa sambil mendekati Felisa.
“Ngaak
kok Gel, kemasukan asap” jawab Felisa berbohong.
“Tapi masak sih di
kamar kita ada asap? Aku mohon sekarang kamu curhat!” Mohon Gelisa. Felilsa
hanya tertunduk diam. Gelisa terus saja memohon.
Satu
bulan berlalu, Felisa merasakan kepalanya pusiiiii..ng terus-menerus tiada
henti. Kemudian ibu dan aku (Gelisa) membawa Felisa ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter, ternyata
Felisa mengidap kanker otak. Empat hari setelah itu Felisa meninggal. Beberapa
lama setelah Felisa meninggal. Tanpa sengaja aku (Gelisa) membuka laci belajar
Felisa. Aku melihat sebuah buku diari, ketika aku membukanya terdapat enam buah
amplop surat, kemudian aku membuka amplop itu dan membaca satu persatu surat
itu. Air mataku pun mengalir....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar