Kamis, 27 September 2012

SAAT-SAAT MENYEDIHKAN


By : Adilla ( IV Arrahmah SDIT Cahaya Hati Bukittinggi )

      Namanya Syifa Gita Cantika. Orangnya baik. Gita sejak kecil tidak pernah merasakan nuansa rumah sakit. Hanya melihat luarnya saja, tapi masuk ke dalamnya belum pernah. Pada suatu hari,
      “Ayah, Bunda kita kemana?” Tanya Gita.
      “Kita ke rumah sakit Madina.” Jawab bunda
      “ Siapa yang sakit Bunda?” Tanya Gita kembali.
      “ Gita, sejak beberapa waktu belakangan ini, kondisi kesehatanmu menurun dan sering mimisan, jadi kita coba cek ke dokter, ya!” jawab Bunda.
      Gita hanya termenung dan membuka kaca jendela mobil. Sesaat Gita berkata dalam hati,”ya Allah, apa penyakit yang menyerangku? Aku begitu takut, dengan usiaku yang masih belia ini, tolong aku ya allah, selamatkan aku.” Gita memohon dalam hati berulang-ulang.
      Sesampainya di rumah sakit Madina. Aku diperiksa dokter, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Gita diminta dokter menunggu di luar.
      ”Gita sama suster duduk di luar ya!, ayah sama bunda mau mendengarkan penjelasan dokter dulu” kata dokter.
      Gita hanya menggangguk sambil mengajak suster itu untuk bercerita. Sepuluh menit kemudian ayah dan bunda keluar, bunda tampak berlinangan air mata.
      “Gita di rawat inap ya!” kata bunda.
      “Emangnya apa yang terjadi sama Gita? Gita kenapa? Tanya Gita seraya menangis.
      “Gita lebih baik nggak usah tahu apa penyakit Gita” jawab Ayah.
      “Pokoknya Gita harus tahu, kenapa harus di tutup-tutupin, kan yang sakit Gita ayah. Kata Gita terus mendesak.
      Setelah itu Gita terdiam sendiri. Gita di ajak keruang rawat inap, kemudian mengganti baju dengan baju pasien rumah sakit yang berwarna biru muda. Gita hanya terdiam sambil memperhatikan kedua orang tuanya penuh tanya.
      “Gita, mengidap penyakit kangker darah” ayah bicara tiba-tiba.
      Gita hanya termangu. “Ya Allah, kanker, kenapa aku harus terkena kanker, apakah tidak ada pilihan lain dihidupku” Gita kembali berkata dalam hati.
      “Gita, mau kemana?” tanya Bunda, ketika ku beranjak dari tempat tidur.
      “Mau berwudhu’ bunda, gita mau shalat dan berdo’a sama Allah.” Jawab Gita.
      Lima hari berlalu, sahabat Gita yang bernama Fahda datang menjenguk Gita. Gita spontan terkejut ketika melihat kedatangan sahabatnya.
      “Gita, bagaiman kabarmu?” Tanya Fahda.
      “Sehat, terima kasih ya kamu sudah menjengukku, o, ya aku mau minta tolong ambilkan kertas dan pulpen!’ Pinta Gita sambil mencoba meraih kertas dan pulpen, tapi tidak terjangkau.
      Fahda mengambilkannya. Gita menulis sesuatu di kertas itu dan meletakkannya di bawah bantal. Fahda enggan melihatnya karena itu rahasia Gita.
      “Fahda, bawa aku ke taman yuk!” pinta Gita.
Terima kasih atas semua perlakuan kalian kapadaku, maafkan aku yang terlalu banyak menyusahkan kalian
Fahda mengambilkan kursi roda tuk Gita. Kemudian membawa Gita ke Taman. Di sana mereka bercerita suka ria. Tiba-tiba hujan turun, dan Gita pingsan. Setelah diperiksa ternyata Gita telah menghembuskan nafas terakhirnya. Semuanya menangis. Fahda teringat dengan kertas yang disimpan Gita di bawah bantal. Fahda pun berlari ke kamar rawat Gita, dan mengambil kertas yang terletak di bawah bantal. Inilah tulisannya :


Terima kasih atas semua perlakuan kalian kapadaku, maafkan aku yang terlalu banyak menyusahkan kalian

“Gita Syifa Cantika” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar