By : Adilla ( IV Arrahmah SDIT Cahaya Hati Bukittinggi )
Namanya
Syifa Gita Cantika. Orangnya baik. Gita sejak kecil tidak pernah merasakan
nuansa rumah sakit. Hanya melihat luarnya saja, tapi masuk ke dalamnya belum
pernah. Pada suatu hari,
“Ayah, Bunda kita
kemana?” Tanya Gita.
“Kita ke rumah sakit
Madina.” Jawab bunda
“ Siapa yang sakit
Bunda?” Tanya Gita kembali.
“ Gita, sejak beberapa waktu
belakangan ini, kondisi kesehatanmu menurun dan sering mimisan, jadi kita coba
cek ke dokter, ya!” jawab Bunda.
Gita hanya termenung dan
membuka kaca jendela mobil. Sesaat Gita berkata dalam hati,”ya Allah, apa
penyakit yang menyerangku? Aku begitu takut, dengan usiaku yang masih belia
ini, tolong aku ya allah, selamatkan aku.” Gita memohon dalam hati
berulang-ulang.
Sesampainya di rumah
sakit Madina. Aku diperiksa dokter, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan,
Gita diminta dokter menunggu di luar.
”Gita sama suster duduk
di luar ya!, ayah sama bunda mau mendengarkan penjelasan dokter dulu” kata
dokter.
Gita hanya menggangguk
sambil mengajak suster itu untuk bercerita. Sepuluh menit kemudian ayah dan
bunda keluar, bunda tampak berlinangan air mata.
“Gita di rawat inap ya!”
kata bunda.
“Emangnya apa yang
terjadi sama Gita? Gita kenapa? Tanya Gita seraya menangis.
“Gita lebih baik nggak
usah tahu apa penyakit Gita” jawab Ayah.
“Pokoknya Gita harus
tahu, kenapa harus di tutup-tutupin, kan yang sakit Gita ayah. Kata Gita terus
mendesak.
Setelah itu Gita terdiam
sendiri. Gita di ajak keruang rawat inap, kemudian mengganti baju dengan baju
pasien rumah sakit yang berwarna biru muda. Gita hanya terdiam sambil
memperhatikan kedua orang tuanya penuh tanya.
“Gita, mengidap penyakit
kangker darah” ayah bicara tiba-tiba.
Gita hanya termangu. “Ya
Allah, kanker, kenapa aku harus terkena kanker, apakah tidak ada pilihan lain
dihidupku” Gita kembali berkata dalam hati.
“Gita, mau kemana?”
tanya Bunda, ketika ku beranjak dari tempat tidur.
“Mau berwudhu’ bunda, gita
mau shalat dan berdo’a sama Allah.” Jawab Gita.
Lima hari berlalu,
sahabat Gita yang bernama Fahda datang menjenguk Gita. Gita spontan terkejut
ketika melihat kedatangan sahabatnya.
“Gita, bagaiman
kabarmu?” Tanya Fahda.
“Sehat, terima kasih ya
kamu sudah menjengukku, o, ya aku mau minta tolong ambilkan kertas dan pulpen!’
Pinta Gita sambil mencoba meraih kertas dan pulpen, tapi tidak terjangkau.
Fahda mengambilkannya.
Gita menulis sesuatu di kertas itu dan meletakkannya di bawah bantal. Fahda
enggan melihatnya karena itu rahasia Gita.
“Fahda, bawa aku ke
taman yuk!” pinta Gita.
Terima
kasih atas semua perlakuan kalian kapadaku, maafkan aku yang terlalu banyak
menyusahkan kalian
|
Terima kasih atas semua perlakuan kalian kapadaku, maafkan aku yang
terlalu banyak menyusahkan kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar