Sabtu, 29 September 2012

Foto Everybody is Winner kelas 1 Th 2012/2013

Pembukaan acara oleh Ust Riyulasdi, S.Pd.I
Sambutan dari kepala SDIT Cahaya Hati oleh Ust Rajuddin, M.Pd
Peserta (Siswa kelas 1 SDIT Cahaya Hati Bukittinggi)
Peserta (Siswa kelas 1 SDIT Cahaya Hati Bukittinggi)
Pemenang kelas 1 Arrayyan : Aulad
Pemenang kelas 1 Arrahmah : Banat
Pemenang kelas 1 Arrayyan : Banat
Pemenang kelas 1 Arrahmah : Aulad
Panitia (dari kiri) : Ust Zulhermon, Ust Riyulasdi, Ust Rajuddin, Ustadzah Meiza Efrina, Ustadzah Hayatunnufus, Ustadzah Sri Dharmayetty, Ustadzah Martini

Misteri Rumah Tua Yang Angker


By: Hanani (Kelas 5 Arrayyan SDIT Cahaya Hati, Sabtu 3 Maret 2012)

Ada seseorang bernama Vivi, dia tinggal bersama kakaknya Via. Mereka sudah tidak mempunyai orang tua lagi. Tapi mereka tetap hidup bahagia. Suatu hari mereka berjalan-jalan di desa, tiba-tiba mata mereka tertuju pada pengemis tua yang sangat butuh uang. Kakak beradik itu berjalan mendekati pengemis tua itu. Pengemis tua itu langsung berteriak minta uang. Kakak beradik itu kaget bukan main.
“Astaghfirullah” ucap mereka. Lalu mereka memberikan uang kepada pengemis itu apa adanya. Mereka pun senang telah bersedekah kepada pengemis itu bukan karena dipaksa.
Besoknya…
“Kakak, Ayo kita jalan-jalan lagi” ajak Vivi kepada kakaknya. Kakaknya mengangguk. Waktu sedang jalan-jalan, pandangan Via tertuju pada rumah tua yang terlihat angker. Via pun melangkah mendekati rumah angker itu dan langsung terdengar suara yang sangat mengerikan.
“Huuuuu”
Via langsung merinding ketakutan dan memeluk adiknya. Vivi hanya kebingungan. Belum sempat Vivi bertanya, suara itu terdengar lagi. “Huuuuu”. Vivi hampir menangis, tapi di tahannya.
Besoknya…
Mereka sepakat untuk masuk ke dalam rumah itu. Entah kenapa, Via mempunyai firasat buruk tentang rumah tua itu. Siangnya mereka pergi ke rumah angker itu. Setiba di situ terdengar suara yang sama seperti kemaren. Mereka tidak takut, karena suaranya sudah biasa di dengar. Ketika mereka akan membuka pintu rumah itu, tiba-tiba terdengar teriakan “aaa”. Mereka membuka lebih lebar lagi pintunya, terlihat dua orang laki-laki. Mereka kaget. Salah satu dari 2 laki-laki adalah itu adalah pengemis.
Via berkata dalam hati “huh, pekerjaan dia hanya menyusahkan orang lain. Tapi tak apa-apalah. Ikhlaskan saja, nanti dia juga yang berdosa”
Setelah mereka puas melihat laki-laki itu, mereka juga melihat seorang pengemis cilik yang sebaya dengan Via yang sedang diikat oleh dua orang laki-laki itu. Via pun melepaskan ikatan anak yang ternyata bernama Vichi.
Vichi adalah anak yang tidak punya orang tua. Dia tinggal seorang diri. Vivi dan Via merasa kasihan. Mereka mengajak Vichi tinggal bersama mereka. Vichi pun menerima ajakan mereka. Semuanya pun berbahagia.
***

Kucing Peliharaanku


By: Alif Raihan Djambak (Kelas 4 Arrahmah SDIT Cahaya Hati, Sabtu 3 Maret 2012)

Dulu aku mempunyai binatang peliharaan. Aku ingin punya binatang. Tapi tidak dibelikan. Waktu itu aku di ajak ibuku. Aku tidak tahu kemana aku pergi. Aku bertanya: ”Aku pergi kemana ibu?” kataku. “Kamu pergi ke binatang peliharaan” jawab ibu. “Haah” aku terkejut.
“Bolehkah aku membeli binatang peliharaan” tanyaku
“Boleh” jawab ibu
“Horeee…” aku senang
“Memangnya kamu mau membeli apa” tanya ibu
“Aku mau membeli kucing betina Bu” kataku
“Ya udah, ayok kita beli” kata ibu
Tiba di situ aku melihat semua binatang. Ternyata disana ada kucing betina. Aku memeliharanya
“Dia beranak bu” kataku
“karena aku menyayangi kucing, ibu memberi hadiah. Isinya adalah alat tulis. Aku senang sekali.
***

Menjadi Akrab dengan seorang pengemis


By: Rizqi Lenggogeni Putri (Kelas V Arrayyan SDIT Cahaya Hati, 3 Maret 2012)

Hai, perkenalkan namaku Natasya. Umurku 12 tahun. Aku bersekolah  di SDIT As Syifa. Aku mempunyai seorang teman bernama Melisa. Aku akan menceritakan kehidupanku dan Melisa.
Hari Minggu pagi, aku terbangun dari tidurku. Setelah itu aku segera pergi berwudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Seusai shalat subuh, aku pergi mandi, kemudian ganti baju dan sarapan pagi.
Setelah itu, aku pergi ke rumah Melisa untuk pergi jalan-jalan. Tentunyaa, aku sudah buat janji sama Melinda kemaren. Sekarang kami akan jalan-jalan.
“Mel, sekarang kita mau pergi kemana?” tanyaku
“Aku juga ga tau” jawab Melisa
“Gimana kalau kita ke water Boom” usulku
“Boleh juga tu, aku setuju. Kita naik mobilku aja”kata Melisa
“Oke deh” jawabku
Saat di perjalanan
Aku melihat seorang pengemis. Kemudian kami turun dari mobil dan menemui pengemis itu. Kami memberinya uang Rp 50.000,- kemudian kami sepakat untuk berteman dengan pengemis itu.
“hei, namamu siapa” tanya kami serempak
“Namaku Vi..na” jawabnya terbata-bata
Lama-lama kami menjadi akrab dengannya.
Pada suatu hari…
Kami berencana akan pergi jalan-jalan bersama Vina. Kami pun main sepanjang hari dengan Vina.
***

Ternyata Temanku Pengemis


By: Siti Azzahra (kelas V Arrayyan SDIT Cahaya Hati, 3 Maret 2012)
Hai, perkenalkan namaku Monica. Aku punya teman bernama Ivy. Aku akan menceritakan kisahku dengan Ivy.
Senin pagi, aku segera bangun dan melaksanakan shalat subuh. Seusai shalat subuh aku langsung mandi, mengganti bajuku dan sarapan. Setelah aku selesai sarapan, aku segera berangkat ke sekolah.
Sampai di sekolah aku segera menemui Ivy.
“Ivy…” sorakku di gerbang kelas
“Iya” jawab Ivy. Aku segera menemui Ivy dan mengajaknya ke kelas. Setelah itu aku langsung ke lapangan upacara dan mengikuti upacara.
45 menit berlalu, upacara selesai. Aku dan Ivy ke kelas. Pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Kami berdua mengikuti pelajaran dengan baik.
1 jam berlalu. Bel telah berbunyi. Saatnya anak2 SDIT Cahaya Hati istirahat. Aku dan Ivy ke kantin. Karena uang jajan Ivy sedikit, aku segera melanjakan Ivy. Seusai kami makan di kantin, aku dan Ivy bermain kejar-kejaran. Dan beberapa menit berlalu, bel berbunyi. Aku dan Ivy masuk ke kelas mengikuti pelajaran.
1 jam berlalu, aku dan Ivy segera pulang. Aku ingin mengantarkan Ivy pulang dan ia menolaknya
“Ivy…ayo pulang” ajakku
“Tidak usah. Aku bisa sendiri” tolak Ivy
Ya sudah. Aku menerima keputusan Ivy. Aku segera pulang ke rumah.

Esoknya…
Aku pergi ke sekolah. Aku segera mencari Ivy. Dan Ivy tidak bertemu. Aku langsung bertanya kepada guru dan guru menjawab tidak tahu.
Beberapa jam berlalu. Aku langsung menaiki mobilku. Dan dipersimpangan lampu merah, aku melihat sosok yang mirip Ivy. Aku segera turun dan orang itu lari. Aku terus mengejarnya sampai gubuk. Ternyata itu benar Ivy. Dan aku menemui Ivy. Ivy menangis.
“Maaf Monica. Aku tidak bisa sekolah lagi. Keluargaku tidak mampu. Pulang sekolah aku langsung melakukan ini” kata Ivu menangis
“Kenapa? Kamu tidak punya biaya? Aku bayarin kok” kataku
“Tidak usah. Aku tak mau merepotkanmu. Dan kirim sepucuk suratku untuk bu guru” kata Ivy
Aku segera mengambil surat itu. Aku berlari kencang dan menangis.
“Ivy…sangat malang nasibmu” batinku dalam hatio menangis.
***