By : Farah Sahira Andina ( VI Arrahmah SDIT Cahaya Hati Bukittinggi )
Elizabeth adalah sahabatku. Ia berasal dari negeri asing, yaitu
Inggris. Ia akan tinggal di Indonesia selama tiga tahun. Aku memanggilnya
dengan Liza. Karena seringnya aku ribet memanggilnya dengan Liza, Liza dan
Liza, akhirnya ku ubah jadi Lisa. Dan Elizabeth pun tidak keberatan dengan
panggilan itu.
Persahabatan ini
dimulai ketika aku berttemu dengannya di toko baju. Waktu itu, Lisa tak sengaja
menyenggolku sehingga dompetku terjatuh.
“ Maafkan saya, saya
tidak sengaja”, kata Lisa memohon sambil menunduk
“ Tidak apa-apa”
kataku sambil mengambil dompetku yang terjatuh.
“O,ya nama kamu
siapa?” tanyaku sambil tersenyum.
“ Elizabeth, kamu?”
tanya Lisa balik
“ Namaku Caroline.
Eh,ngomong-gomong, kamu lapar nggak? Kita makan di cafe yuk!” ajakku. Begitulah
sifatku, apabila berkenanlan dengan orang baru aku akan cepat akrab. Walaupun
sepertinya dia agak ragu, dia pun tetap menyetujui.Setibanya di cafe,
“Kamu mau pesan
apa?” tanyaku pada Lisa.
“Sama dengan kamu
saja deh.” Jawabnya kikuk.
“Ok, deh. Mbak pesan
Spaghetti bolognice 2 dan ice lemon teanya 2 ya!” kataku pada pramusaji cafe.
Dan diapun mengganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
“Kamu dari negara
mana sih?, dari rambut, dan warna kulitmu, kamu bukan orang Indonesiakan?”
tanyaku dengan rasa ingin tahu.
“Hmmm,... Aku dari
Inggris” katanya pelan...
“ Apa! Inggris!
Waw....! Aku pengen banget ke sana!” seruku takjub.
“ Dua spaghetti
bolognice dan dua ice lemon teanya!” kata pramusaji yang tiba-tiba datang
mengantarkan pesanan kami.
“Terimakasih” kata
Lisa.
Sebelum makan aku menyeruput ice lemon tea yang segar itu.
“Berapa lama kamu di Indonesia?” tanyaku dengan mulut belepotan
saus spaghetti.
“Hmm.... Mungkin sekitar tiga tahunlah!” jawab Lisa ang kemudian menyeruput ice lemon teanya.
“Hmm.... Mungkin sekitar tiga tahunlah!” jawab Lisa ang kemudian menyeruput ice lemon teanya.
“o, ya, kamu mau nggak jadi teman sahabatku?” tanyaku harap.
“Boleh. Aku juga belum punya teman di sini” jawab Lisa senang.
“ Nama kamu tadikan Elizabeth, boleh aku panggil Liza atau Lisa?”
tanyaku, dan Lisapun mengganggukkan kepalnya tanda setuju.
“Wah, sudah jam tiga, nggak terasa ya?” kataku kaget.
“Kita pulang yuk!
Nanti malah kesorean lagi!” ajak Lisa. Akupun menggangguk.
Aku
segera membayar makanan kami dan kamipun segera pulang. Sepanjang jalan banyak
hal yang kami ceritakan untuk mendekatkan hati. Kebetulan rumah Lisa juga tak
jauh dari tempat tinggalku. Jadi sejak itu kami
bersahabat karib. Bersahabat memang menyenangkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar