Jumat, 04 Desember 2015

Boneka Impian

By: Shabrina Thifla Irfani

Namanya Fina. Dia anak yang miskin. Setiap dia menginginkan sesuatu, pasti dia/orang tuanya tidak bisa membelinya. Fina adalah anak yang pintar, rajin, tidak pernah putus asa dan banyak teman. Fina adalah siswa kelas 3. Mungkin dia hafal nama siswa kelas 1 sampai 6.
Suatu hari…
“Wah bonekanya bagus. Kapan ya aku membelinya?” katanya terkagum-kagum dengan boneka yang ada di etalase toko Teddy Bear.
“Coba aku punya uang. Ahaa…bagaimana kalau aku menabung” idenya
“Iya…aku akan menabung” pikirnya
Besok harinya…
“Eh Win, kemaren aku nampak Fina. Dia terkagum-kagum sama boneka. Bagaimana kita sekelas buat iuran untuk boneka itu. Lebihnya surprisenya. Kamu setuju?” kata Fika teman Fina kepada Wina.
“Teman-teman…selamat pagi” kata Fina. Sekelas pun tidak menjawab.
“ teman-teman, kalian kenapa? Kalian marah ya padaku?” kata Fina
Semuanya diam. Padahal ini hanya kerjaan teman-teman Fina aja
“Eh teman-teman…uangnya udah banyak, bagaimana kalo sekarang kita beli aja bonekanya, Surprisenya ntar kue tar aja” kata Fika
“Setuju” kata teman-teman sekelas kecuali Fina yang pergi ke perpustakaan.
Besoknya…
“Pagi teman-teman…”kata Fina. Semua diam, tiba-tibaa
“Surprisee….” teriak anak-anak kelas 3
“Oh, apa ini teman-teman?” tanya Fina
“Surprise” kata Niko
Tiba-tiba Fika dan Wina memberi boneka impian buat Fina.
“Terima kasih teman-teman atas surprise dan boneka impianku. Ngomong-ngomong dari mana kalian tau boneka impianku?” Kata Fina
“Waktu itu aku nampak kamu terkagum-kagum dengan boneka itu. Lalu kami iuran. Lebih uangnya kami pakai untuk surprisenya. Ini kami berikan untukmu karena kamu baik sama kita semua” kata Fika mengomandoi.

“Terima kasih teman-teman” kata Fina yang mengeluarkan air mata

Kado Untuk Ummi

By : Adilla ( IV Arrahmah )
           
           Suara kicau burung terdengar jelas di telingaku. Matahari sudah masuk melalui celah-celah kamarku. Rasanya aku ingin tidur kembali tapi kalau aku kembali memejamkan mata mentari akan marah kepadaku. Akupun bangu.
            Oh, ya kenalkan namaku Zittana Salsabila, panggil saja aku Sabila. Aku mempunyai seorang adik laki-laki namanya Umar. Aku memanggil orang tuaku dengan sebutan Abi dan Ummi. Sayangnya Abi meninggal saat aku berumur 5 tahun.
            “ Sabila! Ayo cepat shalat Subuh nanti waktunya habis lo!” kata Ummi.
            “Iya Ummi, Sabila udah mau shalat subuh” jawabku sambil beranjak dari tempat tidurku.
Setelah shalat Subuh aku mandi dan berpakaian. Aku memakai baju bertuliskan I Love You Mother berwarna orange dan rok berwarna-warni orange dan kuning lengkap dengan kerudung kuningku.
            Aku turun ke lantai satu melalui tangga. Hari ini, hari Minggu. Aku ingin kerumah sahabatku Zahira.
            “Ummi, Sabila pergi ke rumah Zahira ya!” kataku minta izin.
            “Hati-hati ya!” pesan Ummi sembari memberi uang  Rp 5000,00.
Akupun berjalan menuju rumah Zahira, aku menyanyi-nyanyi kecil  menuju rumah sahabatku. Setibanya di rumah Zahira,
            “Assalamu’alaikum Zahira” salamku
            “Wa’alaikumussalam”  jawab Zahira dari dalam rumah
            “Maaf Sabila, jangan ajak aku main ya! Aku harus siap-siap!” sambung Zahira
            “Kok gitu sih, emangnya kenapa?” tanyaku
            “Dua hari lagi kan hari Ibu” jawab Zahira.
Aku kaget dan spontan berbalik dan berlari secepat mungkin balik ke rumah.
            Sesampainya di rumah,
            “Umar ummi mana?” tanyaku kepada Umar.
            “Ummi kan kerjanya dokter jadi ya di rumah sakit dong” jawab Umar.
            “Fiuuuh” nafasku lega..
            “Emangnya ada apa sih kak?” tanya Umar.
            Aku tidak memperdulikan pertanyaan Umar dan aku langsung berlari ke kamarku. Akupun memecahlan celenganku. Setelah aku hitung-hitung ternyata uangnya dua ratus tiga puluh tujuh ribu dua ratus rupiah ( Rp 237.200 ).
            Aku keluar dari kamar dan turun melalui tangga kembali,
            “Umar, jaga rumah sendiri ya! Kakak mau pergi!” kataku.
            “Ya, sip kak, masa anak sebesar  Umar nggak bisa jaga rumah”  kata Umar sambil membusungkan dada.Aku hanya tertawa melihat tingkah laku adikku. Aku pun pergi meninggalkan rumah.
            Saat sampai di pasar, aku bingung ingin memberikan apa untuk ummi. Saking bingungnya aku lupa di mana aku sekarang? Tiba-tiba ada seseorang menyenggolku,“Bruuuk” aku terjatuh, untung aku terjatuh. Untung jatuhnya di keramik kataku di dalam hati.
Aku melihat salah satu toko jilbab. Aku pun masuk ke dalam toko itu. Aku melihat salah satu jilbab menarik.”mungkin ini bagus untuk Ummi” kataku melihat jilbab berwarna ungu dan biru muda.
Aku bertanya kepada salah seorang pelayan di toko,
“Mbak mana yang bagus ya, yang ungu atau biru muda?” tanyaku.
“Dua-duanya bagus dik” jawab pelayan itu.
Pelayan toko itu kemudian mengajakku berbincang-bincang.
            “Emangnya jilbab ini untuk siapa ya?” tanya pelayan itu.
            “Untuk ummi saya mbak” jawabku.
            “Beli aja dua-duanya, saya akan kasih diskon maksudnya tambahan yaitu bahan-bahan untuk membuat kartu ucapan dan bahan untuk kue, kebetulan kami kerjasama dengan toko kue untuk pembeli spesial hari Ibu” jelas pelayan itu.
            “Mbak baik banget sih!” pujiku malu.
            “Ini memang nggak biasanya, kamu orang pertama yang mendapatkannya, karena sudah membelikan kado untuk orang tuamu” pelayan itu balik memujiku, Sambil memberikan barang – barang belanjaanku. Setelah itu akupun kembali pulang ke rumah.
            Sesampainya di rumah, ternyata ummi belum pulang. Aku membuat kartu ucapan terlebih dahulu. Aku tidak tahu apa itu bagus atau tidak. Yang penting itu hasil karyaku sendiri.
            Besoknya, aku membuat kue. Umar tidak tahu karena dia asyik di depan TV. Aku tak sabar menunggu hari esok, hari yang telah aku nantikan.
            Besoknya ummi pulang agak lambat. Begitu ummi masuk , aku langsung mematikan lampu dan menghidupkannya kembali.
            “Ini untuk ummi!” seruku.
            “Ummi kan nggak ulang tahun Sabila” kata ummi tersenyum heran.
            “Tapi sekarang kan hari Ibu” ingatku.Sambil menyuapi ummi sepotong kue. Setelah itu ummi mebuka kado, ummi membaca kartu ucapan dariku yang berisi,
                         Ummi adalah orang tua terbaik di bumi ini
                         Selamat Hari Ibu
                         Ummi Hebat
                         
                         Zittana Sabila

             “Terimakasih ya Sabila, Sabila memang anak pintar, Sabila mau memecahkan celengan Sabila demi membelikan Ummi hadiah” ucap ummi haru sambil memelukku. 

Semoga ini adalah hari Ibu terbaik dalam hidup Ummi” kataku dalam hati.